AHY dengan tegas menyatakan ketidaksetujuannya terhadap pandangan bahwa calon pendamping Anies Baswedan harus berasal dari Jawa Tengah atau Jawa Timur. Menurut AHY, pemilihan presiden adalah panggung nasional yang harus melibatkan seluruh provinsi di Indonesia, bukan hanya dua provinsi saja.
"Dikarenakan yang kita hadapi adalah pemilihan presiden Indonesia, bukan untuk satu atau dua provinsi," ujar AHY.
2. Gibran Rakabuming Raka
Dalam peta perpolitikan Indonesia, nama Gibran Rakabuming Raka, putra dari Presiden Joko Widodo atau Jokowi, telah lama menjadi sorotan sebagai calon wakil presiden (cawapres) potensial. Munculnya namanya dalam bursa cawapres mengundang perhatian publik dan analisis yang mendalam terkait peluang dan kemungkinan perannya dalam arus politik nasional. Dalam survei terbaru yang dilakukan oleh Political Statistics (Polstat) pada 1-10 Mei 2023, terlihat bahwa masyarakat memberikan perhatian khusus pada potensi kepemimpinan Gibran.
Hasil survei Polstat yang dilakukan dalam rentang waktu 1-10 Mei 2023 memperlihatkan bahwa 13,7 persen dari responden memandang bahwa Wali Kota Surakarta, Gibran Rakabuming Raka, adalah sosok yang layak untuk menjadi cawapres pendamping Prabowo Subianto.
Selain hasil survei yang menggambarkan dukungan publik terhadap Gibran sebagai calon cawapres, dukungan juga datang dari Relawan Bolone Mase. Relawan ini menyuarakan aspirasi agar Gibran Rakabuming Raka mendampingi Prabowo Subianto dalam kontestasi pemilihan presiden mendatang. Koordinator Relawan Bolone Mase, Kuat, menjelaskan bahwa elektabilitas Gibran yang terus meningkat merupakan alasan utama di balik dukungan mereka.
Kendati dukungan dan permintaan tersebut muncul, belum lama ini Gibran Rakabuming Raka mengungkapkan bahwa dirinya telah menolak kemungkinan menjadi cawapres dalam Pemilihan Presiden 2024. Gibran menyatakan bahwa usianya belum cukup, ilmunya belum mencukupi, dan segala aspek lainnya masih perlu ditingkatkan.
"Sudah saya jawab, umur belum cukup, ilmunya belum cukup, semua belum cukup. Aku kudu piye meneh? (saya harus bagaimana lagi?)," ujar Gibran.