Gelombang Protes di Negara Arab Terkait Ledakan di Rumah Sakit Gaza

19 Oktober 2023, 00:41 WIB
Warga Palestina mengambil bagian dalam protes mendukung rakyat Gaza di Nablus di Tepi Barat yang diduduki pada 18 Oktober 2023. / Raneen Sawafta/Reuters /

ANAMBASTODAY - Ledakan tragis di sebuah rumah sakit di Gaza telah memicu gelombang protes yang melanda berbagai negara Arab. Ratusan orang, termasuk anak-anak dan perempuan, menjadi korban jiwa dalam peristiwa ini, yang mengecewakan rakyat Arab dan memicu kemarahan terhadap pemimpin mereka.

 

Rencana pertemuan penting yang dijadwalkan di Yordania, melibatkan Presiden AS Joe Biden, Raja Abdullah II Yordania, Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sissi, dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas, akhirnya dibatalkan setelah Abbas mengundurkan diri sebagai tanda protes terhadap peristiwa tersebut.

Dilansir Associated Press News, Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, telah berusaha untuk meredakan ketegangan dengan pemimpin-pemimpin Arab, namun upayanya hampir sia-sia karena ledakan di rumah sakit Gaza. Kesepakatan normalisasi antara Israel dan beberapa negara Arab yang disusun oleh AS kini memicu kemarahan dan ancaman kerusuhan lebih lanjut.

Pihak-pihak terkait berpendapat tentang siapa yang bertanggung jawab atas ledakan di rumah sakit tersebut. Pejabat di Gaza menuding serangan udara oleh Israel sebagai penyebabnya, sementara Israel membantahnya dan mengklaim bahwa ledakan itu disebabkan oleh kesalahan peluncuran roket oleh kelompok militan Jihad Islam di Gaza. Kelompok Jihad Islam membantah klaim tersebut. Associated Press News belum dapat memastikan klaim atau bukti yang dikeluarkan oleh pihak-pihak terkait.

Meskipun Presiden Biden mengatakan bahwa ledakan tersebut kemungkinan disebabkan oleh "pihak lain" selain Israel, demonstran di negara-negara Arab sangat meyakini bahwa Israel bertanggung jawab atas tragedi ini. Protes pecah di berbagai negara sebagai bentuk kecaman atas Israel.

Di Tepi Barat yang dikuasai oleh Israel, demonstran bentrok dengan pasukan keamanan Palestina dan menuntut penggulingan Abbas. Warga Palestina melihat Otoritas Palestina sebagai korup dan sebagai sekutu otoriter bagi pendudukan militer Israel di Tepi Barat, meskipun Israel dan Barat lama memandang Abbas sebagai mitra dalam mengurangi ketegangan.

Negara Yordania, yang dikenal sebagai simbol stabilitas di wilayah ini, telah menyaksikan protes besar dalam beberapa hari terakhir. Demonstran pro-Palestina bahkan mencoba menyerbu Kedutaan Besar Israel.

Di Mesir, ribuan mahasiswa berkumpul di berbagai universitas untuk mengutuk serangan Israel di Gaza. Demonstran di berbagai kota di Mesir bersorak "Kematian untuk Israel" dan "Dengan jiwa kami, dengan darah kami, kami berkorban untukmu, Al-Aqsa," mengacu pada situs suci yang diperebutkan di Yerusalem. Bahkan di dekat Kedutaan Besar AS di Kairo, terdapat protes kecil pada hari sebelumnya.

 

Protes juga meletus di Lebanon, di mana Hizbullah terlibat dalam baku tembak dengan pasukan Israel di perbatasan dan mengancam untuk ikut dalam perang dengan gudang roket besar mereka. Demonstran di Lebanon bentrok dengan pasukan keamanan dekat Kedutaan Besar AS di Beirut.

Protes juga telah diadakan di Maroko dan Bahrain, dua negara yang menjalin hubungan diplomatik dengan Israel tiga tahun lalu sebagai bagian dari Perjanjian Abraham.

Protes-protes ini memperlihatkan bahwa rakyat Arab dan Muslim masih sangat solidaritas dengan perjuangan Palestina meskipun upaya normalisasi oleh pemerintah mereka. Dampak perang Gaza yang merusak telah membangkitkan sentimen solidaritas ini. Terlepas dari diplomasi tingkat tinggi, rakyat biasa Arab dan Muslim tetap mengekspresikan solidaritas yang kuat terhadap perjuangan Palestina.***

Editor: Ade Irwan Munawar

Sumber: AP News

Tags

Terkini

Terpopuler